Rabu, 03 Agustus 2016

‘Malam Puisi’ di Rumah Kopi Dahlia 
Datang, Dengar dan Bacakan Puisimu 



Membacakan sebuah puisi, dulu mungkin hanya dapat kita saksikan, saat ada praktik mata pelajaran Kesenian atau Bahasa Indonesia di dalam ruang kelas, atau pada acara lomba baca puisi untuk memperingati hari kemerdekaan setiap tanggal Tujuh Belas Agustus. Bahkan, ada imej seolah-olah, hanya segelintir orang yang memiliki keahlian membaca puisi, karena ada kesan, membaca puisi itu harus dengan nada dan mimik khusus sehingga mampu membuat pendengar terpukau secara intonasi dan terpesona kala melihat mimik serius nan dramatis.

Laporan : Franki Botutihe, Wartawan Harian RADAR Banggai

Sekitar pukul 20:00 wita, Sabtu (16/7) pekan lalu, panggung Rumah Kopi Dahlia yang berada di kawasan perumahan dinas, jalan Dahlia, kelurahan Karaton, kecamatan Luwuk, yang biasanya diisi dengan penampilan live music, malam itu agak sedikit berbeda. Meski, tetap terlihat seorang pemain musik duduk manis di belakang sebuah Organ (alat musik tindis, Red) dan memainkannya, namun sang ‘player’ tidak sedang mengiringi seorang penyayi, melainkan memainkan musik sebagai latar dari sebuah puisi yang dibaca.

Ya, pemain organ itu memainkan musik latar, untuk salah satu di antara belasan pembaca puisi yang berkumpul malam itu, untuk mendengar dan juga membacakan puisi mereka masing-masing. Belasan pembaca puisi, yang didominasi oleh perempuan itu, berasal dari sebuah komunitas seni. Malam itu, mereka menggelar sebuah pementasan seni yaitu ‘Malam Puisi Luwuk’.

Kegiatan seni tersebut, saat ini aktif dilaksanakan secara berkala, di enam puluh kota Indonesia. Untuk di kota Luwuk, kegiatan ini dikoordinir oleh salah seorang penulis perempuan bernama Ama Achmad.

Kepada wartawan Radar Banggai, yang juga hadir pada Malam Puisi itu, perempuan yang akrab disapa Ama ini menuturkan bahwa, Malam Puisi Luwuk merupakan bagian dari Malam Puisi Indonesia, yang sudah berjalan selama tiga tahun belakangan. Di Luwuk, Malam Puisi baru dilaksanakan tiga bulan terakhir.

“Kegiatan ini bermaksud untuk memberikan ruang, kepada para penyuka, penyair dan pembaca puisi yang ada di kota Luwuk,” begitu dituturkan oleh penulis novel ‘Tentang Kita’ saat ditanyakan tentang maksud dari digelarnya malam puisi.

Ama, tak menampik jika puisi memang dikenal sebagai bagian dari dunia seni dan sastra yang paling sunyi. Sehingganya, Ama memiliki harapan, agar dengan dilaksanakannya kegiatan Malam Puisi Luwuk yang memiliki koneksi dengan Malam Puisi Indonesia (Nasional, Red), para penyuka puisi akan bertambah dan puisi, bisa menjadi sesuatu yang tak sekedar dinikmati, tapi juga diminati dan ditekuni, karena merupakan bagian dari keragaman seni Indonesia bahkan dunia. (**)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar