Merasa
Bisa, Bisa Merasa
Dahulu,
kita sering mendengar banyak sekali para pemimpin bersahaja yang menolak
jabatan karena mereka takut tak mampu menjalankan amanah. Mereka berlomba-lomba
menolak, bukan berlomba-berlomba ingin mengambil atau menguasai jabatan itu.
Padahal tak ada satu pun celah yang bisa menjadi penghalang mereka untuk
mendapatkan jabatan tersebut.
Baik
secara aturan maupun kemampuan dan juga justru mereka diinginkan untuk
menduduki jabatan-jabatan itu. Tapi mereka serta merta menolak, dan memberikan
kesempatan kepada yang lain, yang juga menolak. Hampir-hampir masalah selalu
muncul saat akan ada pergantian kekuasaan. Bukan masalah karena saling klaim
siapa yang berhak, tapi saling tolak karena merasa tak kuat, tak mampu dan
takut tak akan amanah, padahal kebalikannya mereka sangat mampu, sangat kuat
dan diyakini bakal amanah.
Sebut
saja ada Abdullah bin Umar yang menolak jadi Kadi atau Kehakiman, sebuah
jabatan tertinggi kenegaraan karena takut keliru dalam berijtihad. Lalu ada Abu
Bakar Siddiq, Abu Bakar, dan masih banyak lagi. Bahkan, di era KH. Mas Mansyur,
para Pimpinan Muhammadiyah juga sering ‘berperang’ menolak jabatan.
Situasinya
beda dengan sekarang. Setiap orang ‘Merasa Bisa’ bukan ‘Bisa Merasa’ seperti
para khalifah jaman dahulu. Semua merasa jago, merasa kuat dan merasa mampu,
padahal belum tentu dan rata-rata memang tidak ada yang terbukti. Apalagi soal
amanah, jangan tanya, banyak sekali pemimpin yang sudah tentu kelihatan tidak
amanah, tapi masih ngoyo mau menduduki jabatan satu kali, dua kali, bahkan
seakan-akan mau meninggalkan ‘kader’ agar bisa disetir sesuai kehendaknya.
Konon, itu sering terjadi di Luwuk. Tapi ini kan Cuma gosip, yang namanya gosip
perlu ruang dan waktu untuk pembuktian. (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar